model konseptual keperawatan pada PAIN MANAGEMENT PADA KLIEN


model konseptual keperawatan padaPAIN MANAGEMENT PADA KLIEN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

    Nyeri merupakan alasan yang paling umum seseorang mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama proses penyakit, pemeriksaan diagnostik dan proses pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan banyak orang. Perawat tidak bisa melihat dan merasakan nyeri yang dialami oleh klien, karena nyeri bersifat subyektif (antara satu individu dengan individu lainnya berbeda dalam menyikapi nyeri). Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien di berbagai situasi dan keadaan, yang memberikan intervensi untuk meningkatkan kenyamanan. Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar pada klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Walaupun tipe nyeri tertentu menimbulkan tanda dan gejala yang dapat diprediksi,siring kali perawat mengkaji nyeri dengan mengacu pada kata-kata dan perilaku klien. Hanya klien yang mengetahui apakah terdapat nyeri dan seperti apa nyeri tersebut. Untuk membantu seorang klien dalam upaya menghilangkan nyeri, maka perawat harus yakin dahulu bahwa nyeri tersebut  memang ada. Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk melindungi diri.
Nyeri merupakan kondisi berubah perasaan tidak menyenangkan bersifat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasikan rasa nyeri yang dialaminya. Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengerttian nyeri.
1.      Mc. Covvery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadannya diketahui hanya jika seseorang tersebut mengalaminya.
2.      Wolf Weifsel feurst (1974), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkaproduksi bagi
tubuh, timbul keyika jaringan sedang dirusak.
3.      Arthur C Curton (1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul jaringan ketika sedang di rusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.
4.      Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan di ikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, dan emosional.











BAB II
PEMBAHASAN
       .
2.1 Konsep Kenyamanan
      Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Donahue (1989) menyatakan ‘melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dorongan dan bantuan bagi klien’. Dari pernyataan itu di dapat bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar klien untuk perawat agar dapat membantu tindakan keperawatan. Kenyamanan bersifat subjektif karena setiap individu memiliki fisiologis, social, spiritual dan kebudayaan yang berbeda sehingga mempengaruhi cara mereka untuk menginterprestasikan dan merasakan kenyamanan tersebut.Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (kaeadaan tenang sesuatu yang melebihi masalah atau nyeri). Suatu cara pandang yang holistic tentang konsep keyamanan membantu dalam upaya mengidentifikasi 4 konteks,yaitu:
·         Fisik: berhubungan dengan sensasi tubuh
·         Sosial: berhubungan dengan interpersonal
·         Keluarga dan sosial
·         Psikospiritual: berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri,meliputi harga diri, seksualitas, dan makna kehidupan.
·         Lingkungan: berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal
·         Manusia: cahaya, bunyi, temperature, warna, dan unsur-unsur alamiah
Penilaian tentang konteks kenyamanan memberikan seorang perawat rentang pilihan yang lebih luas dalam mencari tindakan untuk menaggulangi nyeri. Cara pandang yang holistic ini menguatkan konsep mahon (1994) yaitu harus memahami pengalaman nyeri sebagaimana nyeri itu berlangsung. Penting bagi perawat untuk memahami makna nyeri bagi setiap individu. Penatalaksanaan nyeri lebih dari sekedar pemberian anal gesik. Dengan memahami nyeri  dengan lebih holistic, maka perawat dapat mengembangkan setrategi yang lebih baik pada penanganan nyeri yang berhasil.

 
2.2Sifat Nyeri
      Berdasarkan letak atau penyebarannya nyeri dapat bersifat nyeri alih, dan nyeri yang diproyeksikan. Untuk penyakit tertentu, meluasnya rasa nyeri dapat membantu menegakkan diagnosis,nyeri dapat di bedakan menjadi 7 sifat, yaitu:
1.        Nyeri dapat melelahkan dan membutuhkan banyak energi.
2.        Nyeri bersifat subyektif dan individual.
3.        Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.
 Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis tingkah laku dan dari pernyataan klien.
4.        Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.
5.        Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.
6.        Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.
7.        Nyeri mengawali ketidakmampuan.
Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri jadi tidak optimal
Secara ringkas, Mahon mengemukakan atribut nyeri sebagai berikut:
 1. Nyeri bersifat individu
 2.  Nyeri tidak menyenangkan Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi Bersifat tidak berkesudahan


2.3. Fisiologi Nyeri
     Banyak teori berusaha untuk menjelaskan dasar neurologis dari nyeri, meskipun tidak ada satu teori yang menjelaskan secara sempurna bagaimana nyeri di transmisikan atau di serap.Untuk memudahkan memahami fisiologi nyeri, maka perlu mempelajari 3 (tiga) komponen
fisiologis berikut ini:
Resepsi            : proses perjalanan nyeri
Persepsi           : kesadaran seseorang terhadap nyeri
Reaksi                         : respon fisiologis & perilaku setelah mempersepsikan nyeri
RESEPSI
Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia) akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin, kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. impuls syaraf akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini memungkinkan impuls syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul respon reflek protektif.
Contoh:
Apabila tangan terkena setrika, maka akan merasakan sensasi terbakar, tangan juga melakukan reflek dengan menarik tangan dari permukaan setrika.
Proses ini akan berjalan jika system saraf perifer dan medulla spinalis utuh atau berfungsi normal. Ada beberapa factor yang menggangu proses resepsi nyeri, diantaranya sebagai berikut:
§ Trauma
§ Obat-obatan
§ Pertumbuhan tumor
Gangguan metabolic (penyakit diabetes mellitus)
Tipe serabut saraf perifer
Serabut saraf A-delta :
§ Mengirimkan pesan secara cepat
§ Menghantarkan sensasi yang tajam, jelas sumber dan lokasi nyerinya
§ Reseptor berupa ujung-ujung saraf bebas di kulit dan struktur dalam seperti , otot tendon dll
§ Biasanya sering ada pada injury akut
§ Diameternya besar
Serabut saraf C :
§ Diameternya sangat kecil
§ Lambat dalam menghantarkan impuls
§ Lokasinya jarang, biasanya dipermukaan dan impulsnya bersifat persisten
§ Menghantarkan sensasi berupa sentuhan, getaran, suhu hangat, dan tekanan halus
§ Reseptor terletak distruktur permukaan.
NEUROREGULATOR
§ Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus saraf, berperan penting pada pengalaman nyeri
§ Substansi ini titemukan pada nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis dan pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik
       Neuroregulator ada dua macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator
§ Neurotransmitter mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut saraf
contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin
§ Neuromodulator memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.
Contoh: endorphin, bradikinin
§ Neuromodulator diyakini aktifitasnya secara tidak langsung bisa meningkatkan atau menurunkan efek sebagian neurotransmitter.


Teori gate control
    Di kemukanan oleh Melzack dan wall pada tahun 1965.
 Teori ini mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat.Dalam teori ini dijelaskan bahwa Substansi gelatinosa (SG) yg ada pada bagian ujung dorsal serabut saraf spinal cord mempunyai peran sebagai pintu gerbang (gating Mechanism), mekanisme gate control ini dapat memodifikasi dan merubah sensasi nyeri yang datang sebelum mereka sampai di korteks serebri dan menimbulkan nyeri.Impuls nyeri bisa lewat jika pintu gerbang terbuka dan impuls akan di blok ketika pintu gerbang tertutup.Menutupnya pintu gerbang merupakan dasar terapi mengatasi nyeri.Berdasarkan teori ini perawat bisa menggunakannya untuk menangani nyeri pasien. Menurut teori ini, tindakan massase diyakini bisa menutup gerbang nyeri.
PERSEPSI
   Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat individu menjadi sadar akan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian individu dapat bereaksi. Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
Stimulus nyeri di transmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus, selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi (khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak, maka individu akan mempersepsikan nyeri.

REAKSI
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan hingga sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang merupakan sindrom adaptasi umum.Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf otonom menghasilkan respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi .Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
Impuls nyeri di transmisikan ke medula spinalis menuju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul respon fisiologis dan akan muncul perilaku.
2.4  Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya adalah:

1.      Arti nyeri  bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negative, seperti membahayakan ,merusak ,dan lain – lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh berbagai factor seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.
2.      Persepsi nyeri .persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh factor yang memicu stimulasi nociceptor.
3.      Toleransi nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Factor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerekan atau garukan, pengalian perhatian, kepercayaan yang kuat dan sebagainya. Sedangakan yang menurunkan toleransi antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung hilang, sakit, dan lain-lain.
4.      Reaksi terhadap nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respon seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisa, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respon nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa factor, seperti arti nyeri, pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan lain-lain.
2.5 Komponen dari Pengalaman Nyeri
      Pengalaman nyeri terdiri dari 2 komponen, yakni komponen fisik dan komponen psikologi. Komponen fisik biasanya adalah nyeri yang diakibatkan oleh gangguan fisik dan komponen psikologi adalah nyeri yang dikarenakan psikologis. Nyeri dengan komponen psikologis biasanya bersifat kronis.
2.6 Teori “Gerbang” Nyeri
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri diantaranya (Barbara C. Long, 1989) :
1.      Teori pemisahan (Specifity theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2.      Teori pola (pattern theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T.Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri. Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.
3.      Teori pengendalian gerbang (gate control theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar dan kecil yang ke duanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan sangat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembangkan ke dalam medula spinalis melalui serat eferen dan reaksinya memengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yag selanjutnya akan menghantarkan ranhsangan nyeri.
4.      Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi inpuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate sistem supresif.
2.7 Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
  Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan otot. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat dibagi kedalam beberapa kategori, diantaranya nyeri tertusuk dan terbakar.
Nyeri akut
Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yan cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan . Fungsi nyeri ini adalah sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis, setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Rehabilitasi bisa tertunda dan hospitalisasi bisa memanjang dengan adanya nyeri akut yang tidak terkontrol.
Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol, karena pengobatan kanker tersebut atau karena gangguan progresif lain. Nyeri ini bisa berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri akut. Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampunan fisik dan psikologis. Sifat nyeri kronik yang tidak dapat diprediksi membuat klien menjadi frustasi dan seringkali mengarah pada depresi psikologis. Individu yang mengalami nyeri kronik akan timbul perasaan yan gtidak aman, karena ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakannya dari hari ke hari.




         Perbedaan karakteristik nyeri akut dan nyeri kronik:
Nyeri akut
Nyeri kronik
1.Lamanya dalam hitungan menit
2.Ditandai peningkatan BP, nadi, dan respirasi
3.Respon pasien:Fokus pada nyeri, menyetakan nyeri menangis dan mengerang
4.Tingkah laku menggosok bagian yang nyeri
1.Lamanyna sampai hitungan bulan, > 6 bln
2.Fungsi fisiologi bersifat normal
3.Tidak ada keluhan nyeri
4.Tidak ada aktifitas fisik sebagai respon terhadap nyeri

     
      2.8.  Proses Keperawatan Nyeri
Pengkajian
      Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk:
      Menetapkan data dasar
      Menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat
      Menyeleksi terapi yang cocok
      Mengevaluasi respon klien terhadap terapi yang diberikan
Perawat harus menggali pengalaman nyeri dari sudut pandang klien. Keuntungan pengkajian nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikasi, dikenali sebagai sesuatu yang nyata, dapat diukur, dapat djelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan.
Hal-hal yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:

1.Ekspresi klien terhadap nyeri
Banyak klien tidak melaporkan/mendiskusikan kondisi ketidaknyamanan. Untuk itulah perawat harus mempelajari cara verbal dan nonverbal klien dalam mengkomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Klien yang tidak mampu berkomunikasi efektif seringkali membutuhkan perhatian khusus ketika pengkajian.


2.Klasifikasi pengalaman nyeri
Perawat mengkaji apakah nyeri yang dirasakan klien akut atau kronik. Apabila akut, maka dibutuhkan pengkajian yang rinci tentang karakteristik nyeri dan apabila nyeri bersifat kronik, maka perawat menentukan apakah nyeri berlangsung intermiten, persisten atau terbatas.

 3.Karakteristik nyeri
 Onset dan durasi
Perawat mengkaji sudah berapa lama nyeri dirasakan, seberapa sering nyeri kambuh, dan apakah munculnya nyeri itu pada waktu yang sama.
 Lokasi
Perawat meminta klien untuk menunjukkan dimana nyeri terasa, menetap atau terasa pada menyebar
Keparahan
Perawat meminta klien menggambarkan seberapa parah nyeri yang di rasakan. Untuk memperoleh data ini perawat bisa menggunakan alat Bantu, skala ukur. Klien di tunjukkan skala ukur, kemudian di suruh memilih yang sesuai dengan kondisinya saat ini yang mana. Skala ukur bis berupa skala numeric, deskriptif, analog visual. Untuk anak-anak skala yan digunakan adalah skala oucher yang dikembangkan oleh Beyer dan skala wajah yang diembangkan oleh Wong & Baker. Pada skala oucher terdiri dari skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang lebih besar dan skala fotografik enam gambar pada sisi kanan untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan peningkatan rasa ketidaknyamanan dirancang sebagai petunjuk untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami makna dan keparahan nyeri. Anak bisa diminta untuk mendiskripsikan nyeri yang dirasakan dengan memilih gambar yang ada. Skala wajah terdiri dari enam wajah dengan profil kartun yang menggambarkan wajah dari wajah yang sedang tersenyum (tidak merasa nyeri), kemudian secara bertahap meningkat sampai wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat).




.Pengkajian Keperawatan
Pengkajian pada masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya riwayat nyeri; keluhan nyeri seperti lokasi nyeri,intensitas nyeri,kualitas,dan waktu serangan.Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST:
·         P (pemacu), yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
·         Q (quality) dari nyeri,seperti apakah rasa tajam,tumpul,atau tersayat.
·         R (region), yaitu daerah perjalanan nyeri.
·         S (severity) adalah keparahan atau intensitas nyeri.
·         T(time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
B. Diagnosis Keperawatan
Terdapat beberapa diagnosis yang berhubungan dengan masalah nyeri,di antaranya:
1.      Nyeri akut akibat fraktur panggul
2.      Nyeri kronis akibat arthritis
3.      Gangguan mobilitas akibat nyeri pada ekstremitas
4.      Kurangnya perawatan diri akibat ketidakmampuan menggerakkan tangan yang disesbabkan oleh nyeri persendian.
5.      Cemas akibat ancaman peningkatan nyeri
C.Perencanaan Keperawatan
1.      Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri
2.      Menggunakan berbagai teknik noninovasi untuk memodivikasi nyeri yang dialami.
3.      Menggunakan cara-cara untuk mengurangin nyeri yang optimal,seperti memberikan analgesic sesuai program yang ditentukan.
D. Pelaksanaan (tindakan) Keperawatan
1.      Mengurangi faktor yang dapat menambah nyeri,misalnya ketidak percayaan,kesalahpahaman,ketakutan,kelelahan,dan kebosanan
·         Ketidakpercayaan.
Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien dapat mengurangi nyeri.
·         Kesalahpahaman.
Mengurangi kesalah pahaman pasien tentang nyerinya akan mengurangi nyeri.
·         Ketakutaan.
 Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk mengekspresikan bagaimana mereka menangani nyeri.
·         Kelelahan.
 Kelelahan  dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya, kembangkan pola aktivitas yang dapat memberikan istirahat yang cukup.
·         Kebosanan.
Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang bersifat terapeutik. Beberapa teknik pengalih perhatian  adalah bernafas pelan dan berirama, memijat secara perlahan, menyanyi berirama, aktif mendengarkan musik, membayangkan hal-hal yang menyenangkan, dan sebagainya.

2.      Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan teknik-teknik seperti:
Teknik latihan pengalihan
·         Menonton televisi
·         Berbincang-bincang dengan orang lain
·         Mendengarkan musik
Teknik relaksasi
·         Menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskan secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentrasi hingga dapat merasa nyaman, tenang dan rileks.
Stimulasi kulit
·         Menggosok dengan halus pada daerah nyeri
·         Menggosok punggung
·         Menggunakan air hangat dan dingin
·         Memijat dengan air mengalir.
3.      Pemberian obat analgesik, yang dilakukan guna menggangguatau memblok transisi stimulus agar terjadi perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap nyeri. Jenis analgesiknya adalah narkotika dan bukan narkotika. Jenis narkotika digunakan untuk menurunkan tekanan darah dan menimbulkan depresi pada fungsi fital, seperti respirasi. Jenis bukan narkotika yang paling banyak dikenal di masyarakat adalah, aspirin, asetaminofen, dan bahan antiinflamasi nonsteroid. Golongan aspirin digunakan untuk memblok perangasangan pada sentral dan perifer, kemungkinan menghambat sintesis prostagladin yang memiliki khasiat setelah 15 sampi 20 menit dengan efek puncak obat sekitar 1- 2 jam. Aspirin juga menghambat agregasi trombosit dan antagonis lemah terhadap vitamin K, swhingga dapat meningkatkan waktu pendarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis yang tinggi. Golongn asetaminofen sama seperti aspirin, akan tetapi tidak menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis nonsterot anti inflamatory drug (NSAID), juga dapat menghambat prostaglandin dan dosis renda dapat berfungsi sebagai analgesik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen mefenamic acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dll.
4.      Pemberian stimulator listrik, yaitu atau mengubah stimulus nyeri dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator metode stimulus listrik meliputi:
·         Transcutaneus electrikal stimulator (TENS), digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode di luar.
·         Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan epidural yang diimplan di bawah kulit dengan transistor timah penerima yang di maksukkan ke dalam kulit pada daerah epidural dan columna vertebrae.
·         Stimulator columna vertebrae, sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transistor dicangkok ditanam melalui pembedahan pada dorsum sumsum tulang belakang.
E. Evaluasi Keperawatan
    Evaluasi terhadap masalah nyeri dilakukan  nyeri, dengan menilai kemampuan dalam merespons rangsangan nyeri, di antaranya hilangnya perasaan nyeri, menurunnya intensitas adanya respons fisiologis yang  tanpa keluhan nyeri.baik, dan pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari










BAB III
PENUTUP

v  KESIMPULAN

Dalam pembahasan kali ini,kita dapat memahami dam mengetahui tentangPain Management pada klien,yang di antaranya pokok yang harus ada:
·         Konsep Kenyamanan
·         Sifat nyeri
·         Fisologi nyeri
·         Faktor yang mempegruhi nyeri
·         Komponen dari Pengalaman Nyeri
·         Teori “Gerbang” Nyeri
·         Nyeri Akut dan Nyeri Kronik
·         Proses Keperawatan Nyeri

v  SARAN

Demi kebaikan dan kesempurnaan makalah (struktur otot tubuh dan struktur otot ekstermitas) yang dibuat penyusun, diharapkan adanya saran-saran yang membangun. Dikarenakan penyusun menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan (struktur otot tubuh dan struktur otot ekstermitas) ini.









DAFTAR PUSTAKA

C.Pearce, Evelyn n barbara. KEBUTUHAN DASAR MANUSIA. Jakarta: PT Grahamedia Pustaka Utama, 1992.
Sumber: Barbara C. Long, 1989


Gibson, John. Asuhan keperawatan Modern untuk Perawat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.


http://images.google.co.id/imgres= (10 Februari 2008)


http://images.google.KDM.co.id/?Imgurl (10 Februari 2008)


(10 Februari 2008)                                        


Gayton Hell. Asuhan keperawatan mahasiswa keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar